0
Home  ›  BYT  ›  Chapter

[BYT] Bab 27 - Homeschooling

""I-ini bukan candaan, 'kan?" Suara Maya bergetar halus. Tatapannya menatap penuh ketidakpercayaan pada Radit. Maya tidak membenci Sky. Meski sejujurn"

"I-ini bukan candaan, 'kan?" Suara Maya bergetar halus. Tatapannya menatap penuh ketidakpercayaan pada Radit.

Maya tidak membenci Sky. Meski sejujurnya, jika memiliki kesempatan untuk bertemu lagi, Maya akan menjauh sejauh-jauhnya. Sedikit banyak, Sky telah membuatnya trauma saat gadis itu mengejarnya dengan tawanya yang membuat bulu kuduk berdiri.

Sky memang bukan temannya. Namun bagi Raya, Sky adalah segalanya. Maya bisa merasakannya saat berkunjung ke rumah remaja tersebut. Raya sepenuhnya memercayai Sky. Itulah mengapa barang-barang pentingnya ada di sana.

"Kau bisa melihatnya sendiri." Radit merogoh sakunya, lalu menunjukkan ponselnya yang menayangkan berita dari salah satu siaran televisi.

'Anak Politikus ditemukan Tergantung di Kamarnya.' Di bawah judul tersebut, terlihat foto Sky yang wajahnya disamarkan. Meski demikian, Maya tahu gadis itu adalah Sky— teman baik dari pemilik tubuh yang ditempatinya.

"Tapi ... kenapa?" Mata Maya menyipit, membaca dengan saksama apa saja yang dijelaskan di artikel tersebut. Sayangnya, alasan Sky membunuh dirinya sendiri tidak dijelaskan. Entah memang tidak ada yang tahu atau sengaja ditutupi.

Hingga kemudian, Maya teringat betapa bersikerasnya Sky untuk mengajaknya 'melompat' bersama. Maya tidak tahu apa alasannya. Namun, bukankah Sky memiliki janji itu dengan Raya?

"Mungkin masalah dengan keluarganya atau hal lain. Aku tidak tahu." Rendi sendiri sebenarnya tidak begitu dekat dengan Sky hingga di titik gadis itu akan menceritakan masalahnya pada dirinya. Ia hanya tahu jika Sky memiliki masalah dengan kedua orang tuanya, tidak lebih.

"Masalahnya ... ibu Sky bersikeras untuk bertemu denganmu," lanjut Rendi ragu-ragu.

Maya tertegun. Ingatannya terlempar pada sosok wanita dengan senyum mengerikan di rumah mewah keluarga Sky. Untuk apa ibu Sky ingin bertemu dengannya?

Tiba-tiba, ketika Maya masih sibuk merenung, suara 'klik' ringan terdengar. Sontak saja, Maya dan Radit menoleh ke sumber suara.

"Seseorang datang, kau harus cepat pergi." Maya menatap Radit dengan binar panik yang terlihat jelas. Namun alih-alih menurut, Radit justru menggeleng tegas. 

"Aku ingin tahu apa alasan mereka mengurungmu seperti ini." Pegangan tangannya di kusen jendela menempel erat, dengan tatapan mata tajam tertuju ke arah pintu yang perlahan terbuka. 

"Aku mendengar suara-suara dari luar. Ternyata benar, ada cicak yang menempel di jendela." Lexa masuk dengan langkah tegap. Rambut pendeknya berayun seirama dengan kakinya. Meski datar, tatapan matanya seolah bisa menembus jiwa Radit dari balik jendela.

'Suara?' Maya spontan menghalangi Radit dari pandangan Lexa dengan tubuhnya. Meski tidak kedap suara, ia tahu tidak mungkin seseorang bisa mendengar percakapannya dengan Radit. Suara tersebut terlalu lirih untuk didengar dari luar kamar.

"Aku tidak akan menempel seperti cicak jika kalian membiarkanku menemui Raya," ucap Radit tanpa takut. 

Setengah jam yang lalu, ia memang mencoba bertamu baik-baik. Namun, para Adiwangsa mengusirnya dan tidak membiarkannya menemui 'Raya' dengan berbagai alasan. Hal itulah yang membuat Radit nekat memanjat jendela kamar Raya.

Siapa sangka jika teman masa kecilnya itu terkurung di kamar tanpa satu pun akses pada dunia luar?

"Dan mengapa kami harus menuruti permintaanmu?" Tanpa kata, Lexa menarik Maya yang menghalangi Radit. Gadis itu hendak protes, tetapi tatapan dingin Lexa membuatnya bungkam. 

Radit tersenyum remeh. "Karena aku adalah keluarganya. Sementara kalian hanya orang-orang yang kebetulan memiliki darah yang sama dengan Raya."

Sudut bibir Lexa berkedut pelan. Tampaknya, pernyataan Radit berhasil memprovokasi gadis tersebut.

"Kau benar. Kami dan Raya hanya kebetulan berbagi darah yang sama. Kami bukan keluarga." Lexa mundur selangkah, lalu menarik Maya ke pelukannya tanpa memutus kontak mata dengan Radit. 

"Sementara gadis ini ... adalah keluarga kami yang sesungguhnya. Meet her, Maya Sekar Arum," lanjut Lexa dengan senyum sinis yang ditujukan pada pemuda di balik jendela. 

Maya terpaku. Padahal ia tahu jika Adiwangsa telah mendapatkan informasi tentang dirinya. Namun, mendengar nama lengkapnya terucap dengan begitu lancarnya, tetap membuat Maya terkejut.

Sebaris kerutan terbentuk di kening Radit. "Apa kau sudah tak waras?"

"Maybe." Lexa tidak berniat untuk menjelaskan lebih lanjut. Alih-alih, gadis itu justru sibuk memainkan rambut Maya. Sekilas, matanya memandang kalung pemberiannya dan Axel yang masih terpasang indah di leher adiknya.

Ketika tatapannya kembali terangkat pada Radit, ia bisa melihat jelas amarah yang menyala-nyala di mata remaja laki-laki tersebut. "Pulanglah. Kau tidak akan mendapatkan apa pun di sini," katanya dingin.

Ketika Radit akhirnya benar-benar pergi, Lexa menarik Maya agar menatapnya. Maya menelan ludah dengan susah payah. Tatapan sedingin es itu membuat bulu-bulu halus di tengkuknya berdiri.

"Habiskan makananmu." Lexa memaksa Maya agar duduk di tepi ranjang. 

"Apa Sky benar-benar membunuh dirinya sendiri?" tanya Maya ragu sambil menerima mangkuk yang disodorkan Lexa padanya.

Lexa mengangguk sekali. Maya memutar sendoknya, memandang makanan tersebut tanpa selera. Anggukan Lexa sama sekali tidak memuaskan rasa penasarannya. "Apa Kakak tahu alasan Sky melakukan itu?"

"Mungkin untuk menyusul Raya." Jawaban setengah hati itu membuat gerakan tangan Maya berhenti.

Jika Sky memang melakukan hal tersebut untuk menyusul teman baiknya, lalu dari mana gadis itu mengetahui jika Raya 'menghilang'? Maya memang pernah mengatakan jika dia bukanlah Raya. Namun, ia tahu jika Sky hanya menganggapnya mengatakan omong kosong.

Kecuali ... ada seseorang yang mengatakan yang sebenarnya pada Sky. Dan hal tersebutlah yang memicu Sky menggunakan tali untuk membunuh dirinya sendiri.

"Berhenti memikirkannya. Bukankah dia yang membuatmu pulang dengan penampilan berantakan kala itu? Tanganmu bahkan sampai terluka." Lexa mengusap lembut puncak kepala Maya sambil menegakkan badannya.

Setelah Lexa pergi, Maya masih sibuk dengan pikirannya sendiri. Ia merasa ... aneh. Seakan-akan ada sesuatu yang Lexa tutupi tentang kematian Sky.

"Pasti ini tidak ada hubungannya dengan mereka, 'kan?" Maya bertanya kepada udara kosong. Meski sudah mencoba berpikir positif sebanyak apa pun, Maya tetap tidak bisa mengenyahkan pikiran negatifnya.

Karena selain Adiwangsa, seharusnya tidak ada yang mengetahui jika dia bukanlah Raya.

"Ah, Maya." Pintu kamarnya tiba-tiba kembali terbuka, menampakkan sosok Lexa yang masih sama dengan wajah datarnya.

"Ada apa, Kak?" Ada secercah semangat di nada suara Maya. Pikirnya, Lexa kembali untuk mengabarkan jika ia tidak akan lagi terkurung di kamar ini. 

"Mulai besok, akan ada guru yang datang untuk mengajarmu." 

Maya mengangguk saja. Meski sejujurnya, ia kecewa karena bukan pernyataan itulah yang diharapkannya. 

"Kau paham apa yang kumaksud, 'kan?" tanya Lexa skeptis. Melihat Maya yang langsung setuju tanpa bantahan, tampaknya gadis itu belum memahami apa yang ia maksud.

"Guru ... les?" Kali ini, ada keraguan di suara Maya. Apa ia salah?

Lexa menggeleng tegas. "Homeschooling."

Maya membelalak. Apakah mengurungnya seharian ini masih belum cukup? 

"Kalian gila ...." Tatapan gadis itu sarat akan amarah dan kecewa. Lexa terlihat sedikit terusik, tetapi tetap menampilkan ekspresi datarnya.

"Kami hanya ingin memastikan kau tetap aman." Kalimat itu sama sekali tidak Maya gubris. 

Ia menggelengkan kepalanya berkali-kali. "Bohong. Kalian hanya ingin memastikan aku tidak bisa kembali ke keluargaku, 'kan? Aku memang tidak sepintar Raya, tapi aku tidak sebodoh itu."

"Oh, baguslah kau mengerti dengan baik, Little Mouse." Suara mendayu itu membuat Maya mendongak. Di belakang Lexa, tubuh Devon terlihat menjulang tinggi. Seringai setipis bulu terbit di bibirnya saat menangkap tatapan Maya.

"Karena kau sudah mengerti, berhenti membantah." Lexa berucap tajam. Setelah itu, pintu kembali tertutup dan terkunci. 

___​

Akhirnya bisa up setelah sekian lama. Maaf ya teman-teman, semingguan ini rasanya pegel banget karena kerjaan. Di sisi lain kecewa juga, karena pengajuan AdSense ditolak lagi dan lagi T_T

Rencananya aku mau pakai Adsterra dulu, sekalian coba-coba. Jadi nanti, mungkin bakal ada iklan kayak trading gitu. Tapi bukan judol, yaaa. Dan kalau ada iklan yang bener-bener judol, tolong laporkan aja iklannya. Soalnya Ao udah minta khusus buat blokir iklan judol.

Tenang, Ao bakal usahakan iklannya nggak akan mengganggu saat kalian membaca~

Ah, Ao punya good news juga. Jadi besok, BYT bakal up lagi. Hitung-hitung permintaan maaf karena ngilang lama ♥

Love banyak-banyak,
Ao
Aouki
Support Ao via Trakteer biar makin semangat nulis (opsional, karena komentar dari kalian sudah lebih dari cukup ヾ(^-^)ノ)
10 komentar
Search
Menu
Share
Additional JS